Konon katanya, bulan dan matahari itu adalah sepasang kekasih yang dipisahkan oleh siang dan malam? Dan gerhana adalah waktu yang mereka tunggu untuk mengobati rindu.
Tidak ada ilmuan yang mengatakan dengan pasti sejauh apa jarak antara matahari dan bulan. Mereka hanya bisa memprediksinya dengan berbagai perhitungan yang memungkinkan. Kebanyakan dari mereka mengatakan jarak antara matahari dan bulan adalah sejauh 149.600.000 KM. Hal ini setara dengan 11.740 kali kita mengelilingi bumi.
Aku pernah cerita sama nenek tepat satu hari setelah adanya gerhana matahari. Aku bilang padanya, kalo aku punya seorang teman, kemarin dia ketakutan saat ada gerhana, dan dia nangis dikelas. Nenek hanya membalasku dengan tersenyum dan mengelus kepalaku dengan penuh sayang, bersiap memberikanku sebuah dongeng pengantar tidur. “Kenapa harus takut? Sayang, gerhana itu nggak akan gigit orang.” aku hanya tertawa mendengar tutur katanya.
“Gerhana itu adalah sebuah pernikahan antara matahari dan bulan.”
“Terus yang jadi tamunya siapa? kalo orang nikah kan pasti banyak tamu undangannya? kalo mereka ngundang siapa?”
“Tamu undangannya yaa bintang-bintang. Bintang-bintang ikut bahagia melihat mereka bisa bersama.”
Kamu sudah paham sampai sini? Jika belum, biar aku jelaskan. Singkatnya seperti ini. Sejauh apapun jarak antara matahari dan bulan, kalo mereka ditakdirkan, mereka pasti akan dipertemukan. Walau dipisahkan oleh siang dan malam. Walau dikelilingi oleh kemustahilan. Walau ditemani oleh harapan dan ketidakpastian. Walau membutuhkan waktu yang lama. Mereka akan tetap bersama. Karena itu, Sang Pemilik Semesta, Dia menciptakan gerhana agar sepasang kekasih itu bisa bersama.
Namun, ada kisah menyedihkan dibalik bahagianya matahari dan bulan. Kisah yang dialami oleh satu diantara jutaan bintang. Ya. Dulu, aku juga berpikir begitu. Kenapa bukan bintang yang jadi kekasihnya bulan? Bukankah mereka begitu serasi saat menghiasi langit malam? Ahh, rasanya menyebalkan jika harus membahas ini.
Bulan, dia dipuja oleh begitu banyak gemintang di angkasa. Namun, sedekat apapun bintang dan rembulan mereka hanya bisa saling melengkapi untuk menghiasi malam, bukan untuk saling menyempurnakan karena takdir mereka hanya untuk saling berdampingan. Bukan untuk saling memiliki. Dan sejauh apapun Bulan dengan matahari jika waktunya sudah tiba mereka akan bersatu melalui gerhana sebagai bukti mereka bisa bersama walau butuh waktu yang lama.
Dan satu fakta yang harus kamu tahu, kalo kenyataannya, jarak antara bulan dan bintang bahkan lebih jauh dibanding dengan matahari. Kita hanya melihat mereka dari prespektif bumi saja. Karena itu, bulan seakan-akan lebih dekat dengan bintang karena mereka hadir dalam waktu yang sama.
Ada satu bintang yang hanya bisa tertawa mendengar kenyataan ini. Tawa yang membuat siapa saja yang mendengarnya terasa menyesakkan. Karena satu bintang itu, dia begitu mendamba rembulan. Satu bintang itu, dia tetap bersinar menemani rembulan meskipun dari kejauhan. Satu bintang itu, dia tetap setia menatap rembulan meskipun dia tak menerima tatapan itu kembali.
Dia sekarang sadar kalo dirinya terasa begitu kesepian meskipun dia memiliki banyak teman. Namun satu bintang itu masih harus bersyukur bukan? Meskipun rembulan tak menatap ia kembali dengan rasa yang sama, meskipun dia dilihat kecil oleh orang-orang, meskipun dia tampak tak terlihat pada siang atau malam, tapi dia tetap ada, dia tetap setia menemani langit. Dia harus tetap bersinar meskipun sinarnya terkalahkan oleh metahari meskipun terkadang kehadirannya dikalahkan oleh rembulan.
Dan satu diantara jutaan bintang yang memuja rembulan, itu adalah aku.
Dan aku harap, kamu yang merasa berada diposisi satu bintang itu pun sama, tetaplah menjadi bintang yang terus belajar dan berjuang dengan penuh semangat dan kegigihan, walau terkadang cahayamu meredup atau bahkan hilang, namun jangan pernah menyerah untuk menghiasi dan menemani langit. Hingga suatu saat, kamu akan menjadi bintang yang paling terang yang bisa dilihat oleh banyak orang. Yang berpijak di angkasa dengan penuh kegagahan.
Berhagialah dengan cukup, meski suatu saat bukan kamu yang menjadi pelipur laranya rembulan, tapi ingat kamu punya langit yang membentangkan sayapnya untuk selalu mendekapmu dengan penuh hangat.
Muttt